Kenali Karakter Diri dari Sudut Pandang Lingkungan
Bismillahirrohmannirrohim
Setelah menyelesaikan tantangan hari ke-2 yang penuh dengan air mata, kini saatnya masuk hari ke-3 yang tidak kalah menantang. Pada hari ke-3 ini masih tentang Self Awareness, Mengenal Diriku, Mempengaruhi Cara Pengasuhanku. Kali ini kami harus menjelaskan bagaimana pendapat tentang diri kita dari sudut pandang lingkungan (pasangan, saudara, teman, anak). Tanpa kita sadari lingkungan sekitar ini akan mempengaruhi pola asuh kita. pada tantangan kali ini saya akan menjawab dari sudut pandang pasangan, teman, dan anak karena saya tidak memiliki saudara kandung.
Tantangan Zona 1 Hari ke-3 - Apa yang Lingkungan Katakan Tentang Diriku?
1. Apa yang pasanganmu sering katakan tentang dirimu?
Kalau suami ditanya langsung pasti bingung deh, apa pendapat ayah tentang mama. Dia hanya menjawab kalau sama mama semua beres, iya karena kalau ada tanggungan yang belum selesai saya pasti tidak bisa tidur. Jika diingat dalam keseharian pasti ada saja celetukan baik dan buruknya tentang diri kita dengan pasangan karena saya yakin dalam sebuah hubungan suami istri pasti tidak semulus jalan tol. Pernah dalam suatu keadaan suami nyeletuk, kamu ini memang keras, kalau sudah ada maunya ga bisa besok. Saya baru sadar ketika saya menginginkan sesuatu memang kadang memaksa untuk harus bisa mendapatkannya. Namun ketika sudah berusaha semaksimal mungkin dan hasilnya belum sesuai barulah saya menyerah dan suamilah yang selalu menenangkannya.
Banyak juga celetukan yang tanpa saya sadari itu sering juga diucapakan oleh suami, seperti ma sudah ga usah disapu rumahnya masih bersih, ma beli aja makannya ga usah repot masak, udah ma nanti aja jemur bajunya biar aku, udah santai aja ma. Intinya suami selalu menyuruh saya untuk tidak melakukan semua sendiri, tapi saya memang ngeyel kalau tidak dikerjakan sekarang dan sendiri lalu kapan selesainya. Saya baru tenang ketika semua urusan sudah selesai. Baru sadar ternyata saya memang orang yang suka ngeyel dan tidak menurut apa kata suami, hehe. Maksud suami memang ingin meringankan tugas saya, tetapi saya orang yang perfeksionis sedangkan suami orang yang nyantai jadi ya terkadang membuat kami tidak sejalan.
2. Apa yang temanmu sering katakan tentang dirimu?
Kalau berbicara tentang pendapat teman tentang diri saya ini lebih sering terdengar ketika saya duduk di bangku sekolah dan kuliah karena kalau teman dalam lingkup yang sekarang sudah berbeda lagi. Mereka tidak lagi berpendapat tentang diri kita kecuali jika kita ingin dengarkan pendapatnya. Berbeda dengan teman sekolah saya dulu, tidak diminta pendapat juga mereka akan berkomentar tentang diri kita. Beberapa teman dulu sering menyebut saya anak yang kalem, pendiam, rajin, dan ada pula yang bilang saya sombong. Kalau teman yang menyebut saya pendiam artinya belum kenal dengan saya karena saya anak yang banyak berbicara, memang hanya pada orang tertentu yang saya merasa nyaman dengannya. Kalau dibilang kalem mungkin ada benarnya juga karena saya orang yang malas berkonflik dengan orang lain, selalu mengambil jalan damai meski kadang sakit hati sendiri. Kalau dibilang rajin mungkin mereka lihat dari tulisan saya yang rapi atau karena saya tidak pernah terlambat sekolah. Iya karena memang mencoba untuk nakal saja saya tidak berani, sadar diri bukan anak pejabat tinggi. Kalau dibilang sombong ini saya yakin saat bertemu pasti tidak menyapa, ini asli karena saya memang tidak melihatnya karena mata minus. Saya paling malas kalau harus memakai kacamata, apabila tidak dalam kondisi mendesak pasti tidak saya gunakan.
3. Apa yang anakmu sering katakan tentang dirimu?
Nah pernyataan yang satu ini paling jujur diucapkan oleh anak sulung saya. Kalau dia memang paling random juga menilai saya, tentunya tergantung dengan keadaan saat itu. Pernah berceletuk kalau mama suka marah-marah, mama hebat, mama bagus deh suaranya, mama kok ga ngerti-ngerti sih dijelasin. Kalimat itu cukup mewarnai hari-hari saya sebagai ibu di ranah domestik yang belum mahir ini. Berada dekat dengannya masih hal baru bagi saya, diawal tinggal bersamanya label marah-marah lebih sering saya dapati. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu kami berkomunikasi dan berjanji satu sama lain untuk tidak saling marah, tetapi tentu ini hal yang tidak mudah. Berproses dan mengubah kebiasaan berbicara dengan nada tinggi pada suatu keadaan merupakan tantangan terbesar.
Semakin kesini saya semakin sadar kalau dia meniru semua yang saya lakukan, saya dan suami berusaha menjadi teladan yang baik untuk anak-anak. Saya dibilang hebat ketika berhasil mewarnai atau melukis bersamanya dengan hasil yang menurut dia indah. Tak luput pula kadang saya dibilang tidak mengerti ketika dia menjelaskan sesuatu, maklum kadang memang saya tidak hadir penuh ketika dia bercerita jadi ya mamanya ini tidak nyambung. Lucu tetapi seru ketika berkomunikasi dengan anak, surat cinta juga sering saya dan suami dapatkan. Baik perasaan senang, sedih, kecewa selalu dia tuliskan dalam secarik kertas dan diserahkan kepada saya atau suami.
Seperti sedang sesi konseling ketika harus menuliskan semua yang saya dengar tentang diri saya dari lingkungan. Versi diri yang dulu dan sekarang hadir semua. Semoga label-label baik bisa saya jaga dan meninggalkan label buruk yang ada. Terima kasih suami, anak, dan teman yang selalu mendukung saya untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
Eva N. - Regional Karawang
#tantanganzona1
#bundasayang8
#institutibuprofesional
#ibuprofesionaluntukindonesia
#bersinergijadiinspirasi
#ip4id2023
Post a Comment for "Kenali Karakter Diri dari Sudut Pandang Lingkungan"